
Manifesto Partai Komunis karya Karl Marx dan Friedrich Engels berdampak luar biasa dalam sejarah gerakan buruh serta gerakan revolusioner. Buku kecil ini telah diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang penting di seluruh dunia, dan rumusun-rumusannya termasyur di mana-mana. Siapa yang tidak pernah mendengar seruan: "Kaum proletar sedunia, bersatulah!"
Kesuksesan Manifesto Komunis disebabkan oleh dua sifatnya penting. Tulisan ini merupakan sebuah eksposisi ringkas yang amat jelas tentang Marxisme, sekaligus merupakan sebuah buku pegangan untuk memandu aksi revolusioner.
Tatkala Marx dan Engels mulai menulis Manifesto tersebut, mereka merasa tercengang oleh pergolakan-pergolakan ekonomi dan sosial yang sedang menghebohkan benua Eropa. Perkembangan kapitalis yang mulai merubah wajah perekonomian Inggeris dan Belanda memiliki potensi revolusioner, untuk menjungkirbalikkan tatanan feodal yang telah bercokol selama berabad-abad. Kedua penulis mengharapkan perubahan radikal melalui perjuangan revolusioner, terutama di negeri Jerman.
Revolusi-revolusi yang diharapakan itu dianggap bersifat borjuis, artinya mereka akan membuka peluang bagi perkembangan sistem kapitalis secara tuntas. Meski demikian kelas pekerja, yang sudah bermunculan di beberapa negeri, juga akan berperan. Engels sudah mengumpulkan sejumlah pengalaman dengan kaum buruh Inggeris, terutama gerakan Chartis, sedangkan Marx telah bergaul dengan golongan buruh sosialis di Paris. Mereka yakin akan potensi revolusioner kelas proletarian itu, dan peranan penting kelas pekerja menjadi topik yang hangat dalam polemik-polemik antara mereka dan sejumlah pemikir kiri lainnya. Manifesto Komunis merangkum argumentasi mereka: yang di depan mata adalah konflik hebat antara kaum borjuis dan kaum aristokrat, namun revolusi borjuis itu akan disusul oleh perjuangan anti-kapitalis kaum buruh.
Pada tahun 1847 Karl Marx sekeluarga bermukim di Brussel, Engels di Paris. Mereka turut aktif dalam kelompok-kelompok komunis yang terdiri terutama atas warga Jerman yang hidup di pengasingan di Brussel, Paris dan London. Salah satu grup Jerman kiri yang bernama Liga Kaum Adil berubah namanya pada tahun 1947 menjadi Liga Komunis. Marx dan Engels diundang bergabung dengan Liga itu dan diminta menulis platform politiknya.
Semacam draf pertama dilakukan oleh Engels dalam pamfletnya Prinsip-Prinsip Komunisme. Terbitan berbentuk tanya-jawab ini menjawab sejumlah perntanyaan sederhana yang sering dilontarkan oleh orang-orang yang berminat pada sosialisme. Marx mengambil alih sebagian dari draf itu untuk merumuskan Manifestonya. Walau dia dapat bersandar pada tulisan Engels tersebut, Marx agak kesulitan dalam menyelesaikan tugas ini. Pada bulan Januari 1848 dia dikirimi sepucuk surat yang agak sengit oleh Liga Komunis, karena teks Manifesto belum juga selesai. Tetapi pada bulan Februari, Manifesto Komunis akhirnya terbit di London.
****
"Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas." Titik tolak argumentasi Manifesto Komunis ini juga merupakan titik tolak bagi teori Marxis tentang sejarah umat manusia. Sejak timbulnya sistem sosial yang kompleks, selalu terjadi perjuangan antara kelas-kelas yang berakhir dengan kemajuan masyarakat menjadi sistem sosial yang lebih tinggi atau dengan "sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan". Di sini para penulis merujuk ke revolusi-revolusi besar di Inggeris (tahun 1640-an) dan Perancis (1789) di mana pihak borjuis mengalahkan kaum aristokrat. Revolusi borjuis ini dikira akan membuka jalan untuk revolusi proletarian, maka Manifesto Komunis bermula dengan melukiskan kemajuan revolusioner yang dijalankan oleh kaum kapitalis:
Sistim industri feodal, di mana produksi industri dimonopoli oleh gilda-gilda semata-mata, sekarang tidak lagi mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang makin bertambah dari pasar-pasar baru. Sistim manufaktur menggantikannya. Tukang-tukang-ahli didesak keluar oleh kelas tengah manufaktur; pembagian kerja di antara berbagai gabungan gilda hilang dengan lahirnya pembagian kerja di setiap bengkel pertukangan.
Sistem baru ini akan merembet ke seluruh dunia:
Industri modern telah menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya dengan ditemukannya Amerika. Pasar ini telah memberikan kemajuan maha besar pada perdagangan, pada pelajaran, pada perhubungan di darat. Kemajuan ini, pada gilirannya, bereaksi terhadap meluasnya industri; dan sebanding dengan meluasnya industri, perdagangan, pelajaran, perhubungan kereta api, maka dalam perbandingan yang sama borjuasi pun maju pula, kapitalnya bertambah dan mendesak ke belakang tiap-tiap kelas peninggalan dari Zaman Tengah.
Borjuasi telah menjugkirbalikkan mode-mode produksi dan cara-cara hidup yang ada sejak purbakala:
Borjuasi, di mana saja ia telah memperoleh kekuasaan, telah mengakhiri semua hubungan feodal patriarkal pedesaan. Ia dengan tiada kenal kasihan telah merenggut putus pertalian-pertalian feodal … dan tidak meninggalkan ikatan lain antar manusia dengan manusia selain untuk kepentingan sendiri semata-mata, selain untuk "pembayaran tunai" yang kejam. Ia telah menghanyutkan getaran yang paling suci dari damba keagamaan, dari gairah keksatriaan, dari sentimentalisme filistin, ke dalam air dingin perhitungan egois. Ia telah menyatukan harga diri dengan nilai-tukar, dan sebagai ganti dari kebebasan-kebebasan tak terhitung jumlahnya yang telah disahkan oleh undang-undang yang tak boleh dibatalkan itu, ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tidak berdasarkan akal -- Perdagangan Bebas.
Perdagangan bebas itu berjalan tanpa logika dan tanpa perencanaan. Proses akumulasi modal menjadi tujuan utama, lepas dari berguna-tidaknya barang-barang yang dihasilkan. Alat-alat produksi kapitalis yang hebat dapat menghasilkan barang-barang secara tak terkendali, sampai terjadi krisis produksi yang berkelebihan. Seperti "si tukang sihir yang tidak dapat mengontrol lagi tenaga-tenaga dari alam gaib yang telah dipanggilnya dengan mantra-mantranya", kapitalisme menciptakan "terlampau banyak peradaban, terlampau banyak bahan-bahan keperluan hidup, terlampau banyak industri, terlampau banyak perdagangan."
Sistem produksi komoditi (barang-barang yang dihasilkan untuk dijual) juga menimbulkan pasaran untuk tenaga kerja. Kapitalisme mengembangkan produktivitas kerja secara hebat, tetapi di saat yang sama kapitalisme mereduksi pekerjaan manusia menjadi komoditi pula. Dalam krisis-krisis ekonomi, kaum buruh itu dipecat tanpa basa-basi. Makanya para buruh, yang menciptakan kekayaan melalui kerjaan mereka bagi para kapitalis, bukan hanya tidak mendapatkan hasil dari jerih-payahnya. Lebih celaka lagi, mereka menjadi korban setiap kali sistem produksi kapitalis mengalami depresi. Namun kelas pekerja itu bisa juga menyelamatkan diri pari penghisapan kapitalis. Caranya bagaimana?
***
Kelas pekerja (atau kelas buruh, atau proletariat) adalah produk unik sistem kapitalis. Mereka bukan budak, karena bebas untuk menjual tenaga kerjanya di pasaran. Namun dalam artian lebih luas mereka memang "diperbudak" di tempat kerja, karena didominasi oleh modal yang, sebenarnya, telah mereka ciptakan sendiri. Marx and Engels menggambarkan perkembangan perjuangan buruh secara bertahap. Mula-mula perjuangan kaum buruh diarahkan melawan mesin-mesin; protes politik mereka yang pertama melawan kaum aristokrat bukan kaum pemilik modal. Namun dengan bertumbuhnya industri, pola perjuangan itu berubah: "dengan berkembangnya industri, proletariat tidak saja bertambah jumlahnya; ia menjadi terkonsentrasi di dalam massa yang lebih besar, kekuatannya bertambah besar dan ia semakin merasakan kekuatan itu."
Kedua penulis menganggap kelas pekerja sebagi satu-satunya kelas yang betul-betul revolusioner. Posisi mereka di dalam sistem produksi kapitalis membuat mereka mampu untuk melumpuhkan proses produksi serta mengambil alih alat-alat produksi itu. Oleh karena itu, kaum buruh mampu untuk menjalankan revolusi mayoritas untuk pertama kalinya dalam sejarah. Revolusi sebelumnya memang menumbangkan kelas-kelas penguasa lama, tetapi hanya menggantinya dengan kelas penguasa baru, seperti revolusi borjuis mengganti para aristokrat dengan para pemilik modal. Tetapi kelas buruh akan bertumbuh menjadi mayoritas:
Kaum proletar tidak … mempunyai sesuatu pun yang harus dilindungi dan dipertahankan, tugas mereka ialah menghancurkan segala perlindungan dan jaminan yang terdahulu atas milik perseorangan. Semua gerakan sejarah yang terdahulu adalah gerakan minoritas, atau demi kepentingan minoritas. Gerakan proletar adalah gerakan sadar-diri, gerakan independen yang berasal dari mayoritas dalam jumlah besar, demi kepentingan mayoritas tersebut.
Makin masyarakat kapitalis berkembang, makin masyarakat itu diwarnai oleh kedua kelas kunci: borjuasi dan proletariat. Kelas-kelas lama cenderung menghilang; kebanyakan anggota mereka secara terpaksa menjelma menjadi proletarian. Kalau disimak di tingkat global, proses "proletarisasi" ini masih berjalan terus sampai kini. Contohnya jutaan warga Indonesia yang berpindah dari desa ke kota selama dua-tiga dasawarsa ini.
****
Perkembangan kapitalisme baru-baru ini cukup mengkonfirmasikan argumentasi pokok Manifesto Komunis. Teori Marxis tentang krisis kapitalisme dikonfirmasikan oleh krisis moneter di Indonesia dan negeri-negeri Asia lainnya. Sedangkan fenomena "globalisasi" diramalkan dalam Manifesto sebagai berikut:
Borjuasi … menarik segala bangsa, sampai yang paling biadab pun, ke dalam peradaban. Harga-harga murah dari barang dagangannya merupakan artileri berat yang dengannya ia memporak-porandakan semua tembok Tiongkok … Ia memaksa semua bangsa, dengan ancaman akan musnah, cara produksi borjuis; ia memaksa mereka mengemukakan apa yang olehnya disebut peradaban itu ke tengah-tengah lingkungan mereka, yaitu, supaya mereka sendiri menjadi borjuis. Pendek kata, ia menciptakan suatu dunia menurut bayangannya sendiri.
Sehingga tidak mengherankan bahwa banyak aktivis muda yang masih tertarik untuk mengkaji tulisan lama ini untuk mencari jawaban buat pertanyaan-pertanyan mereka. Bagian II dari Manifesto membalas sejumlah pertanyaan yang hangat di golongan kiri pada masa Marx. Contohnya masalah kemilikan pribadi. Ada yang bertanya, seandainya kita merebut semua harta pribadi manusia, apakah orang masih akan mau bekerja. Manifesto menjelaskan bahwa apa yang dimaksudkan bukan harta kecil setiap buruh. Yang dimaksudkan adalah modal -- dan modal bukan kekuataan pribadi melainkan kekuataan sosial:
Untuk menjadi seorang kapitalis, orang tidak saja harus mempunyai kedudukan perseorangan semata-mata, tetapi kedudukan sosial dalam produksi. Kapital adalah suatu hasil kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari banyak anggota, malahan lebih dari itu, pada tingkatan terakhir, ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat … Jadi, jika kapital itu dijadikan milik bersama, menjadi milik semua anggota masyarakat, dengan itu milik pribadi tidak diubah menjadi milik sosial. Hanyalah watak sosial milik yang diubah. Watak kelasnya hilang … Komunisme tidak menghapuskan kekuasaan seseorang untuk memiliki hasil-hasil masyarakat; apa yang dilakukannya hanyalah merampas kekuasaan seseorang untuk menjadikan kerja orang lain takluk kepadanya dengan cara pemilikan semacam itu.
Bagaimanapun juga, kaum kapitalis menonjolkan sifat munafiq ketika menuduh kaum kiri ingin menghapuskan kepemilikan pribadi. Bukankah sistem kapitalis merebut segala harta dari rakyat pekerja serta memaksa mereka bekerja di pabrik dengan upah yang minimal?
Tuan merasa ngeri karena maksud kami untuk menghapuskan milik perseorangan. Tetapi di dalam masyarakat tuan yang ada sekarang ini, milik perseorangan sudah dihapuskan bagi sembilan persepuluh dari penduduk; ia ada pada beberapa orang justru karena ia tidak ada pada mereka yang sembilan persepuluh itu. Jadi tuan memaki kami karena kami bermaksud menghapuskan suatu bentuk kepemilikan, yang untuk adanya diperlukan syarat berupa tidak adanya suatu milik apa pun bagi mayoritas melimpah dari masyarakat. Pendek kata, tuan memaki kami bahwa kami bermaksud menghapuskan milik tuan. Memang begitu, itulah justru yang kami maksudkan.
Satu fitnah lain yang masih sering kita dengar adalah bahwa kaum komunis (laki-laki) berniat ramai-ramai memiliki kaum perempuan bersama. Marx dan Engels menangkis tuduhan ini dengan kata-kata tajam dan ironis:
Tetapi kalian kaum Komunis hendak melakukan hak bersama atas kaum wanita, teriak seluruh borjuasi dengan serentak. Borjuis memandang isterinya hanya sebagai suatu perkakas produksi belaka. Ia mendengar bahwa perkakas-perkakas produksi akan digunakan bersama, dan tentu saja tidak akan sampai pada kesimpulan lain kecuali bahwa nasib dipergunakan bersama itu akan menimpa pula kaum wanita. Ia sama sekali tidak mempunyai dugaan bahwa sasaran sebenarnya yang dituju ialah justru menghapuskan kedudukan kaum wanita sebagai perkakas produksi semata-mata.
Begitu juga dengan tuduhan yang dilontarkan oleh pihak nasionalis: "Selanjutnya kaum Komunis dituduh hendak menghapuskan tanah air dan kebangsaan. Kaum buruh tidak mempunyai tanah air. Kita tidak dapat mengambil dari mereka apa yang tidak ada pada mereka." Kelas pekerja bersifat internasional dan harus berjuang di arena internasional.
Mentalitas reaksioner seperti nasionalisme atau prasangka buruk terhadap perempuan seperti semua mentalitas reaksioner dan kolot, akan dihilangkan dalam masyarakat sosialis/komunis, bukan dengan cara memaksa orang, melainkan karena kondisi sosial akan dirubah. Dan kondisi sosial cenderung membentuk pikiran dan sentimen orang:
Apakah diperlukan penglihatan yang dalam, untuk memahami bahwa pikiran, pandangan dan pengertian manusia, pendek kata, kesadaran manusia, berubah dengan tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat hidup materiilnya, dalam hubungan-hubungan sosialnya dan dalam kehidupan sosialnya? Hal lain apakah yang dibuktikan oleh sejarah pikiran, kecuali bahwa produksi intelektual mengubah wataknya sederajat dengan hal bahwa produksi materiil telah berubah? Pikiran-pikiran yang menguasai dalam tiap-tiap zaman adalah senantiasa pikiran-pikiran kelas yang berkuasa.
Selama tatanan sosial borjuis tetap berdasarkan pada eksploitasi dan penindasan, pikiran manusia akan cenderung reaksioner juga. Namun dalam perjuangan kelas pekerja, pikiran itu bisa berubah, dan revolusi sosialis akan membuka jalan bagi terbentuknya sebuah tatanan sosial baru di mana "perkembangan bebas dari setiap orang menjadi syarat bagi perkembangan bebas dari semuanya."
***
Dalam Manifesto Komunis, Marx dan Engels untuk pertama kali sempat membedakan antara versi sosialisme yang mereka anut dan beberapa versi lain. Gagasan-gagasan sosialis waktu itu cenderung merindukan kehidupan pra-kapitalis yang telah lenyap. Para penganjur gagasan itu tidak memiliki strategi bagi perjuangkan perubahan sosial, selain himbauan kepada wakil-wakil masyarakat lama (para aristokrat), atau kepada sejumlah kapitalis yang dikira lebih liberal; atau himbauan yang sama sekali abstrak tentang perlunya "keadilan" dan "kebenaran". Dalam bagian III, Marx dan Engels mengkritisi gagasan-gasagan tersebut secara tajam.
Tidak sedikit gagasan sosialis dikembangkan oleh golongan sosial pra-kapitalis yang paling dirugikan oleh timbulnya sistem kapitalisme:
Untuk membangkitkan simpati, aristokrasi itu terpaksa pura-pura melupakan kepentinganya sendiri dan merumuskan surat tuduhanya terhadap borjuasi demi kepentingan kelas buruh yang terhisap semata-mata … Dengan jalan ini timbullah sosialisme feodal: setengah ratapan, setengah sindiran; setengah gema masa lampau, setengah ancaman masa mendatang; kadang-kadang dengan kritiknya yang pahit dan tajam menusuk borjuasi tepat pada ulu hatinya; tetapi akibatnya selalu menggelikan karena sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk memahami perjalanan sejarah modern.
Selain "sosialisme feodal" itu kedua penulis juga mengkritisi "sosialisme borjuis-kecil" yang dianut oleh beberapa pemikir yang berusaha mengambil hati kaum tani. Versi-versi sosialisme ini juga ingin kembali ke masa lampau, atau ingin mengungsi ke angan-angan filosofis. Salah satu varian adalah aliran bernama "sosialisme sejati" yang timbul di Jerman. Berbagai filsuf Jerman menyambut ide-ide yang mereka dapat dari literatur sosialis perancis, tetapi tidak memperhitungkan perbedaan-perbedaan antara kondisi sosial di masing-masing negeri. Ide-ide yang memainkan peranan radikal di Perancis (di mana kelas kapitalis sudah kuat dan harus dilawan oleh kaum revolusioner) menjadi abstrak di Jerman (di mana kelas kapitalis baru mulai bangkit dan masih berperan progresif), sehingga pemikiran mereka selalu abstrak dan pada dasarnya konservatif. Ada juga semacam "sosialisme borjuis" yang ingin membetulkan masyarakat kapitalis demi kepentingan kaum kapitalis sendiri. Tetapi tentu saja tanpa perjuangan radikal.
Satu aliran lagi yang disimak dalam Manfesto adalah para sosialis utopis. Para pemikir ini mengembangkan teori-teori mereka sebelum kelas pekerja muncul sebagai pelaku historis, sehingga mereka tidak percaya kepada potensi kelas ini untuk memperjuangkan perubahan. Mereka memformulasikan rencana-rencana kompleks bagi sebuah masyarakat baru, tapi terpisah dari perjuangan sosial, sehingga akhirnya mereka berpaling kepada golongan elit sebagai penyelamat:
Keadaan perjuangan kelas yang belum berkembang itu, maupun keadaan-keadaan sekeliling mereka sendiri, menyebabkan kaum sosialis semacam ini menganggap dirinya jauh di atas segala antagonisme-antagonisme kelas. Mereka ingin memperbaiki keadaan tiap-tiap anggota masyarakat, bahkan juga keadaan golongan yang sudah paling beruntung. Dari itu, mereka biasa berseru kepada masyarakat seumumnya tanpa membeda-bedakan kelas; bahkan lebih suka berseru kepada kelas yang berkuasa. Sebab, jika sekali orang sudah mengerti akan sistim mereka, bagaimanakah orang itu tak akan melihat di dalamnya rencana yang terbaik dari keadaan masyarakat yang terbaik?
Dewasa ini kita kadang masih melihat sebuah mentalitas yang mirip, misalnya ketika unsur-unsur dalam gerakan mahasiswa mengembar-gemborkan diri sebagai "gerakan yang murni" dan agak luhur dibandingkan dengan golongan sosial lainnya. Para pemikir utopis lumayan berjasa pada tahun-tahun pertama gerakan sosialis. Teori-teori mereka tidak memadai, tetapi mereka ikut mempengaruhi pemikir-pemikir yang lebih matang seperti Marx dan Engels sendiri. Namun begitu gerakan buruh mulai berdampak, sosialisme "utopis" tidak bisa dianggap progresif lagi. Teori-teori itu dapat dan harus diganti dengan sosialisme ilmiah berdasarkan perjuangan riil kelas pekerja.
****
Bagian IV dari Manifesto menyangkut organisasi-organisasi revolusioner dan sikap golongan komunis terhadap gerakan lain. Marx dan Engels menyatakan dukungan mereka untuk gerakan Chartis di Inggeris, para pejuang reform agraria di Amerika dan Poland, dan gerakan-gerakan lain yang memperjuangkan kepentingan kaum tertindas dalam jangka pendek. Tetapi di saat yang sama para komunis harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip sosialisme revolusioner:
Kaum komunis berjuang untuk mencapai tujuannya yang terdekat, untuk menuntut pelaksanaan kepentingan-kepentingan sementara dari kelas buruh; tetapi dalam gerakan yang sekarang mereka juga mewakili dan memperhatikan masa datang gerakan itu.
Para komunis juga mendukung kelas borjuis dalam melawan feodalisme, tetapi tanpa melepaskan independensi mereka dan independensi kelas pekerja:
Di Jerman mereka berjuang bersama-sama dengan borjuasi selama borjuasi itu bertindak secara revolusioner menentang monarki absolut, tuan tanah feodal dan borjuasi kecil. Tetapi mereka tak pernah berhenti barang sekejappun menanamkan ke dalam kelas buruh pengertian yang sejelas mungkin tentang antagonisme yang bermusuhan antara borjuasi dengan proletariat, supaya kaum buruh Jerman dapat langsung menggunakan semua syarat sosial dan politik yang tidak boleh tidak mesti ditimbulkan oleh borjuasi bersama-sama dengan kekuasaannya, sebagai senjata terhadap borjuasi, dan supaya sesudah jatuhnya kelas-kelas reaksioner di Jerman, perjuangan melawan borjuasi itu sendiri dapat segera dimulai.
Pada awal bagian II Manifesto Komunis, Marx dan Engels menegaskan:
Kaum Komunis tidak merupakan suatu partai tersendiri yang bertentangan dengan partai-partai kelas buruh lainnya. Mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tersendiri dan terpisah dari kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.
Terkadang kedua kalimat ini disalahpahami sebagai penolakan terhadap terbentuknya partai revolusioner, atau paling tidak dikira bertentangan dengan konsep "partai pelopor" yang diajukan oleh Lenin. Ini tidak benar. Manifesto itu sendiri justeru ditulis untuk Liga Komunis, yang merupakan sebuah partai revolusioner. Kemudian Marx dan Lenin juga terlibat dalam membangun Internasionale pertama.
Sebenarnya, kata "partai" memiliki artian lain pada masa Manifesto Komunis terbit. Lebih berarti aliran intelektual. Maksud Marx dan Engels di sini adalah: kaum komunis tidak mengambil sikap yang sektarian. Mereka menjelaskan lebih lanjut:
Kaum Komunis dibandingkan dengan partai-partai kelas buruh lainnya berbeda hanyalah karena hal ini: 1. Di dalam perjuangan nasional dari kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan serta mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama dari seluruh proletariat, terlepas dari segala nasionalitas. 2. Pada berbagai tingkat perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas buruh melawan borjuasi, mereka senantiasa dan di mana saja mewakili kepentingan-kepentingan gerakan itu sebagai keseluruhan. Oleh sebab itu kaum Komunis, pada satu pihak, pada prakteknya adalah bagian yang paling maju dan teguh hati dari partai-partai kelas buruh di setiap negeri, bagian yang mendorong maju semua bagian lain-lainnya; pada pihak lain, secara teori mereka mempunyai kelebihan atas massa proletariat yang besar itu dalam pengertian tentang garis perjalanan, syarat-syarat, dan hasil-hasil umum terakhir dari gerakan proletarian.
Rumusan-rumusan ini dekat dengan beberapa unsur penting dari konsep "partai pelopor" Lenin.
****
Manifesto Komunis terbit pada tahun 1848, saat revolusi meledak di banyak negeri Eropa. Warga-warga Eropa mentuntut kemerdekaan nasional, penghapusan sisa-sisa feodalisme, demokrasi parlementer serta hak-hak sipil. Meluasnya sistem kapitalis mengakibatkan gejolak-gejolak sosial dan politik di mana-mana, seperti telah diramalkan oleh Marx dan Engels. Kota-kota baru yang bermunculan menjadi pusat-pusat perlawanan terhadapan tatanan feodal, yang dilakukan oleh kaum industriawan, pengusaha kecil, terpelajar serta unsur-unsur profesional seperti pengacara. Marx dan Engels berharap bahwa sebuah aliansi antara semua unsur ini akan melakukan sebuah revolusi borjuis-demokratik. Dan suasana revolusioner memang dikompori oleh kondisi-kondisi sosial di dasawarsa 1840-an. Terjadi kelaparan di Irlandia dan Belgia, dan kerusuhan di Scotlandia, Brussel, Berlin, Vienna dan beberapa tempat di Italia. Sebuah depresi ekonomi pada tahun 1847 memperparah kondisi itu karena jutaan manusia menganggur atau upah mereka dipotong.
Revolusi yang pertama pecah di Italia selatan, yang dikuasai oleh salah satu rezim feodal yang paling reaksioner. Namun ledakan yang paling penting terjadi di Perancis. Demonstrasi besar-besaran menumbangkan raja Louis Philippe. Sejumlah orang radikal bahkan sosialis ikut terlibat dalam pemerintahan transisi yang menyusul. Kemudian revolusi meluas ke banyak negeri Eropa lain, termasuk negeri Jerman. Marx dan Engels menaruh banyak harapan pada revolusi Jerman:
Kaum Komunis mengarahkan perhatiannya terutama kepada Jerman, sebab negeri itu berada dekat pada saat revolusi borjuis yang mesti akan berlangsung dalam syarat-syarat peradaban Eropa yang lebih maju dan dengan suatu proletariat yang jauh lebih maju daripada proletariat di lnggeris dalam abad ketujuhbelas, dan proletariat di Perancis dalam abad kedelapanbelas, dan oleh karena itu revolusi borjuisi di Jerman tidak lain hanya akan menjadi pendahuluan dari suatu revolusi proletar yang segera akan menyusul.
Oleh karena itu, mereka kembali ke Jerman. Marx pergi ke Koeln di tepi sungai Rhein, yang merupakan daerah yang paling progresif di negeri itu, dan berhasil mencari dana guna menerbitkan koran Neue Rheinische Zeitung. Namun begitu dia mengungkapkan analisa-analisa radikal di dalamnya, sumber-sumber borjuis tidak lagi bersedia memberikan dana. Dalam revolusi Jerman, borjuasi liberal itu terbukti pengecut. Fakta ini penting sekali bagi teori Marxis. Menurut Lenin:
Dalam kegiatan-kegiatan Marx dan Engels sendiri, periode partisipasi mereka dalam perjuangan massa revolusioner di tahun 1848-49 menonjol sebagai titik utama. Ini menjadi titik tolak mereka dalam menentukan pola gerakan buruh dan gerakan demokratik di berbagai negara di masa depan.
Selain menjadi sebuah "sekolah" untuk strategi dan taktik, revolusi-revolusi itu memperjelas sifat-sifat kelas kapitalis. Skenario revolusioner yang dilukiskan dalam Manifesto berdasarkan pengalam revolusi-revolusi borjuis masa silam. Seorang Cromwell atau seorang Robespierre bertindak secara tegas untuk mengalahkan lawan-kawan mereka. Namun pada tahun 1848 borjuasi gagal memainkan peran revolusioner. Walau revolusi borjuis belum selesai, kelas itu sudah tidak revolusioner lagi dan cukup cepat mulai berkompromi dengan rezim lama, sehingga hasil revolusi Jerman jauh dari memadai. Disebabkan pengalaman ini, Marx menarik kesimpulan bahwa di masa depan, revolusi borjuis-demokratik harus digabungkan dengan perjuangan untuk sosialisme, dan kelas pekerja harus tampil sebagai kelas pemimpin. "Semboyan mereka haruslah: revolusi permanen (die Revolution in Permanenz)!"
***
Di bawah Orde Baru Manifesto Komunis, seperti tulisan Marx lain, dilarang di Indonesia. Kesempatan pertama untuk mengatasi pelarangan itu terjadi dengan timbulnya internet. Kami kerjasama dengan orang lain untuk men-scan teks Manifesto (edisi PKI) dan memasangnya di internet. Tidak lama setelah Suharto jatuh, kemudian Manifesto diterbitkan di Jakarta. Disebabkan kondisi khusus ini, tidak mengherankan kalau warga Indonesia haus informasi tentang Marxisme.
Tetapi Manifesto juga semakin laris di barat, karena banyak hal yang diramalkan oleh Marx dan Engels sedang terjadi saat ini. Yang pertama, fenomena globalisasi. Yang kedua, krisis ekonomi di Asia, Rusia dan Brasil. Yang ketiga, jika disimak dari sudut pandangan global, kelas pekerja sedang bertumbuh secara hebat, dari Afrika dan Amerika Latin sampai ke Indonesia dan Korea Selatan -- seperti juga diramalkan dalam Manifesto Komunis. Hal ini terutama penting bagi kaum Marxis, karena sosialisme yang sejati harus diperjuangkan oleh kelas pekerja, dan kelas pekerja tidak bisa diganti dengan kelas lain.
Kemenangan revolusi kelas pekerja tidak bisa dijamin. Seperti ditulis oleh Marx and Engels, perjuangan-perjuangan kelas "setiap kali berakhir dengan penyusunan-kembali masyarakat umumnya atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan." Kemenangan sosialisme harus diperjuangkan secara aktif dan sadar oleh kaum revolusioner. Dalam upaya ini, ide-ide yang dimuat dalam Manifesto Komunis masih luar biasa bermanfa’at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar